Assalamulaikum Wr. Wb.

Selamat Datang di Website SD Muhammadiyah II Gempol
Alamat : Jl Timur Pasar Kejapanan no 106 Kejapanan - Gempol.
Telp : (0343) 853730 - Email/YM : sdmadu@ymail.com


Kamis, 03 Maret 2011

PUISI PERJUANGAN

Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu.
Sekali berarti
Sudah itu mati.
MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api.
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
Dalam puisi perjuangan yang lain, Chairil Anwar mengetuk pembaca melalui syairnya untuk mengenang para pahlawan yang sudah wafat.  Pada tahun 1948 inilah puisi Karawang-Bekasi diciptakannya. Pesan moral yang sangat penting dari pahlawan yang telah gugur, untuk meneruskan perjuangan kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa kita.
Puisi Perjuangan II
Karawang-Bekasi
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak Merdeka dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Selain Chairil Anwar, ada penyair lain yang juga turut menciptakan puisi perjuangan dengan hebatnya. Pahlawan Tak Dikenal yang dikarang oleh Toto Sudarto Bahtiar ini diciptakan pada tahun 1955.
Puisi ini lahir dari rasa hormat dan kagum pada orang-orang yang sanggup mengorbankan darah dan jiwanya untuk perjuangan, meski kemudian jasadnya tidak ada yang mengenali. Dan sungguh, peran mereka tidak bisa kita abaikan begitu saja.
Puisi Perjuangan III
PAHLAWAN TAK DIKENAL
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya  
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kunjunganku di blog ini sungguh merupakan keberuntungan baru, karena bisa menemukan artikel bermanfat bagi saya, sehingga dapat memberi image baik bagi pengunjungnya? salam sukses :)

Posting Komentar

Facebook Comment

 
Design by MOMO Hosting | Maulana Ar Revand | 085 731 251 366